Cuaca Berubah, Penyakit Mewabah

Posted by chemistlink

TEMPO Interaktif, Jakarta -Akhir-akhir ini, setiap pergi ke kantor, Doni Prasetyo selalu menyiapkan dua pakaian di sepeda motornya. Satu set pakaian untuk menghadapi kondisi hujan dan satu setel lainnya untuk cadangan jika pakaian resmi kantor yang dia kenakan basah karena hujan. "Cuaca kini sudah susah ditebak," kata pegawai swasta berusia 29 tahun ini.

Pria yang tinggal di bilangan Ciledug ini awalnya sering mengecek prakiraan cuaca melalui Internet. "Tapi ramalannya sering meleset," kata dia. Imbasnya, Doni pernah ke kantor dengan tubuh basah kuyup bersama sepatu kulitnya. Ketika pulang, ia terjebak macet dan banjir. Keesokan harinya, Doni menderita flu dan demam.

Iklim memang sedang kacau. Suhu, cuaca, curah hujan, dan angin sering tidak menentu. Musim hujan dan kemarau tak bisa diprediksi durasinya. Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama, perubahan iklim itu mempengaruhi kesehatan manusia.

Tjandra mengatakan dampak kesehatan yang dapat terjadi dari proses tersebut di antaranya peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, serta penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat. Lalu, terjadi malnutrisi karena terganggunya sumber makanan dan panen.

Perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan manusia dengan dua cara, yaitu langsung dan tak langsung. Cara langsung, manusia terkena dampaknya seiring dengan perubahan pola cuaca (temperatur, curah hujan, kenaikan muka air laut, dan peningkatan frekuensi cuaca ekstrem). "Kejadian cuaca ekstrem dapat mengancam kesehatan manusia, bahkan kematian," ujarnya.

Sedangkan cara tidak langsung, perubahan iklim mempengaruhi kualitas lingkungan (air, udara, dan makanan), penipisan lapisan ozon, penurunan sumber daya air, fungsi ekosistem, dan degradasi lahan. "Yang akhirnya faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kesehatan."

Secara terpisah, guru besar kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Prof dr Umar Fahmi Achmadi, MPh, PhD, menjelaskan, perubahan iklim ini disebabkan oleh adanya pencemaran udara, air, dan tanah yang menyebabkan gas rumah kaca. Jika ada pohon, gas rumah kaca bisa diserap. Tapi kini pohon banyak yang ditebas dan lahannya untuk tempat tinggal manusia. "Gas jadi membubung ke udara," kata dia.

Permukaan bumi pun terselimuti gas rumah kaca dan memantulkan panas. "Dampaknya, iklim berubah dengan drastis," kata dia. Misalnya hujan di tengah kemarau atau kemarau berkepanjangan.

Jika terjadi banjir, pencemaran rumah tangga melebar ke mana-mana dan berdampak pada kesehatan. Jika kering, pencemaran tersebut, baik kimia maupun bakteri virus, terkonsentrasi ke dalam air yang dikonsumsi, sehingga makin banyak penyakit yang menular melalui udara, air, dan makanan.

Penyakit yang menyebar saat cuaca tak tentu di antaranya demam berdarah, kolera, dan diare. "Bahkan diare pernah tercatat menjadi pembunuh balita tertinggi di Indonesia," katanya.

Di luar penyakit, cuaca yang tak menentu bisa menimbulkan bencana alam. Jurnalis lingkungan dari Inggris, Mark Lynas, pernah menulis, jika suhu global naik 2 derajat Celsius, permukaan air laut naik 7 meter. Rob, banjir, dan badai akan melanda banyak wilayah di dunia. NUR ROCHMI/ HADRIANI P

(http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/01/20/brk,20110120-307646,id.html)

1 comments:

  1. Unknown said...

    If you're attempting to lose fat then you certainly need to start following this totally brand new custom keto diet.

    To design this keto diet service, certified nutritionists, personal trainers, and top chefs have joined together to develop keto meal plans that are efficient, convenient, cost-efficient, and enjoyable.

    Since their grand opening in early 2019, 100's of individuals have already transformed their body and well-being with the benefits a proper keto diet can offer.

    Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover 8 scientifically-confirmed ones offered by the keto diet.

Post a Comment