Duh, 90 Persen Air di Jalur Gaza Tercemar Parah

Posted by chemistlink

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA,--Otoritas pengontrol kualitas air di Jalur Gaza mengatakan lebih dari 90 persen air minum di kawasan itu terkontaminasi. Pencemaran itu bahkan sudah mencapai kadar yang mengancam hidup penduduknya.

Laporan yang diterbitkan Senin (3/1) lalu mengatakan warga Palestina kini mulai meningkatkan penggunaan sistem pemurnian dan desalinasi setiap saat hendak mengonsumi air, terutama terhadap air yang diperoleh dari sumur-sumur dengan konsentrasi klorin tinggi.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa air limbah, bahan kimia pertanian dan "limbah berbahaya" yang dibuang oleh bekas penghuni permukiman Israel di Jalur Gaza, mengontaminasi cadangan air bawah tanah.

Laporan juga mengatakan orang-orang di Gaza rata-rata mengonsumsi 170 juta meter kubik air bawah tanah pertahunnya, tanpa ada pasokan seimbang dari alam karena kelangkaan hujan.


Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

(http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/11/01/04/156362-duh-90-persen-air-di-jalur-gaza-tercemar-parah)

Kembalikan Sungai Sebagai Penyangga Sumber Air Minum

Posted by chemistlink


Sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan, setiap makhluk hidup memerlukan air. Ditinjau dari segi hidrologi sungai mempunyai fungsi utama menampung curah hujan setelah menjadi aliran permukaan (surface runoff) dan mengalirkan aliran air sampai ke laut.

Sepanjang perjalanan aliran sungai berbaur dengan berbagai limbah dari rumah-rumah penduduk atau industri yang menempati bantaran sungai. Kondisi ini semakin memperburuk kwalitas air sungai. Pemukiman penduduk membelakangi daerah aliran sungai (DAS), jadilah sungai sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah.

Diperkirakan, 60 persen sungai di Indonesia terutama di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi, tercemar berbagai limbah, mulai dari bahan organik hingga bakteri coliform dan fecal coli penyebab diare. Menurut data Departemen Kesehatan tahun 2002 terjadi 5.789 kasus diare yang menyebabkan 94 orang meninggal. Pembabatan hutan dan penebangan pohon telah mengurangi daya resap tanah terhadap air. Hal ini turut serta dalam menambah berkurangnya asupan air bersih. Selain itu pendistribusian air yang tidak merata juga ikut andil dalam permasalahan ini.

Dari data Walhi (8/5/09) Terdapat 64 dari total 470 DAS yang ada di Indonesia saat ini dalam kondisi kritis. Dari 64 DAS kritis tersebut, berada di Sumatera 12 DAS, Jawa 26 DAS, Kalimantan 10 DAS, Sulawesi 10 DAS, Bali, NTB dan NTT 4 DAS, Maluku serta Papua 2 DAS. Pemantauan kualitas air sungai dilakukan di 30 propinsi Indonesia tahun 2004 dengan frekwensi pengambilan sampel sebanyak dua kali dalam setahun. Hasil pemantauan menunjukkan parameter DO, BOD, COD, fecal coli dan total coliform mayoritas sudah tidak memenuhi kriteria mutu air kelas I menurut PP 82 Tahun 2001.

Sanitasi Buruk

Spesialis Komunikasi Program Air Bersih dan Sanitasi Bank Dunia, Yosa Uliarsa, mengatakan bahwa 50.000 anak-anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia setiap tahun meninggal karena penyakit seperti diare yang disebabkan air dan sanitasi buruk. "Jumlah ini terbilang besar", katanya dalam lokakarya tentang air dan sanitasi yang diadakan Bank Dunia dan diikuti Instansi Pemerintah dan pers dari Indonesia, Filipina, dan Laos di Surabaya, Jawa Timur.

Bahkan, katanya, dari sisi ekonomi, Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp 58 triliun per tahun karena kondisi sanitasi yang buruk tersebut. Untuk itu, pihaknya mengajak media massa di dalam negeri turut aktif dalam menyebarluaskan informasi terkait dengan perbaikan mutu air dan sanitasi. (Republika (27 /4/10)

Adapun bagi masyarakat yang bermukim di pinggiran kali, sehari-hari mereka bergantung pada air kali yang tarcemar. Sebagian warga terpaksa membeli air bersih sementara air tanah atau air sungai menjadi pilihan yang sulit dielakan. Sumber-sumber air semakin dicemari oleh limbah industri yang tidak diolah atau tercemar karena penggunaanya yang melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui.

Di Medan, beberapa sungai teridentifikasi tercemar limbah. Indikasi ini dapat dilihat dari tiga sungai besar yang membelah kota Medan. Kondisi tiga sungai ini semakin berat menanggung beban lingkungan. Persoalan ini semakin memburuk atas kontribusi sejumlah perusahaan membuang limbahnya di sungai tanpa ada instalasi pengolahan limbah. Tiga sungai tersebut adalah Sungai Deli, Belawan, dan Babura. Sungai Babura selanjutnya bersatu dengan Sungai Deli bermuara di utara kota Medan.

Berdasarkan data Bapedalda Sumut, di sepanjang DAS sungai Deli terdapat 89 saluran pembuangan limbah domestik ke sungai. Di sepanjang sungai 71 kilometer (km) ini terdapat 48 lokasi pembuangan sampah pada bantaran sungai. Sungai Deli mempunyai anak sungai antara lain Sungai Sikambing, Sungai Babura, Sungai Petani, dan Sungai Simaimai.(Kompas 28/10/08)

Hasil penelitian Bapedalda Sumut pada tahun 2003 pada 10 titik yang tersebar di sepanjang sungai Belawan menemukan ada empat lokasi yang memiliki kandungan logam berat. Kontribusi dari limbah Industri yang berada di sepanjang DAS yakni berada di hilir sungai, yaitu Sei Krio, Kampung Lalang, Kelambir Lima, dan Hamparan Perak.

Dari penelitian tersebut tingkat pencemaran yang lebih tinggi terjadi di bagian hilir sungai, yaitu Hamparan Perak, dengan kandungan Hg mencapai 0, 7012 mg/l. Menurut standar baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, kandungan Hg yang aman adalah 0,002 mg/l. Kandungan Zn mencapai 0, 1882 mg/l, padahal standar baku mutu hanya 0,05 mg/l, dan kandungan Pb mencapai 0,2884 mg/l, melebihi standar baku mutu sebesar 0,03 mg/l. (Kompas (25/9/05)

Pencemaran Limbah

Air limbah memberikan efek dan gangguan buruk terhadap manusia maupun lingkungan. Limbah cair secara visual berwarna hitam kecoklatan dan berbau. Efek buruk dan gangguan kesehatan, air limbah meninggalkan ampas dan bau yang khas menyengat. Terhadap benda metal air limbah menimbulkan korosif.

Pembuangan air limbah ke badan air dengan kandungan beban COD dan BOD diatas 200 mg/liter akan menyebabkan turunnya jumlah oksigen dalam air. Kondisi tersebut mempengaruhi kehidupan biota pada badan air terutama biota yang hidupnya bergantung pada oksigen terlarut diair. Pencemaran air dapat makin luas, tergantung dari kemampuan badan air penerima polutan untuk mengurangi kadar polutan secara alami. Apabila kemampuan badan air tersebut rendah dalam mereduksi kadar polutan, maka akan terjadi akumulasi polutan dalam air sehingga badan air akan menjadi tropic.

Beberapa hal rusaknya badan air sungai terkontamisasi limbah industri, pada zat organik terlarut, zat ini menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air (aquatic life) dan menurunya kualitas badan air. Pada zat padat tersuspensi, pengendapan zat padat ini didalam dasar badan air sungai akan mengganggu kehidupan badan air. Endapan solid didasar badan air akan mengalami dekomposisi yang menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut disamping menimbulkan bau busuk dan pemandangan yang tak sedap. Pada logam berat cyanida dan racun organik, unsur ini sangat merusak aquatic life dan membahayakan bagi kesehatan. Pada warna kekeruhan, warna dan keruhnya air sangat mempengaruhi estetika sungai, walau belum tentu membahayakan kehidupan air dan kesehatan.

Pada zat organic tracer, ini adalah zat phenol yang menyebabkan air berbau dan rasa yang tidak enak. Pada zat yang tidak mudah mengalami dikomposisi biologis (refactory subtances), bahan utama pembuat deterjen (alkil benzene sulfanate) yang tidak mudah mengalami dekomposisi biologis zat ini menyebabkan timbulnya busa dipermukaan sungai. Pada zat yang mudah menguap (volotile matereialis) termasuk dalam kategori ini adalah hidrogen sulfida, gas methan dan sebagainya zat ini menyebabkan udara tercemar.

Sungai merupakan bagian dari siklus hidrologi. Air sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah.

Manfaat terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, sumber air minum, saluran pembuangan air hujan dan air limbah. Hingga saat di Indonesia ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS), yang alami atau yang telah tercemar.

Rata-rata kota-kota dunia memanfaatkan air minum yang berasal dari air tanah, danau, atau sungai. Permasalahannya sumber air tidak selamanya dapat dimanfatakan karena factor pencemaran. Air yang didistribusikan ke konsumen harus diolah melalui water treatment yang berbiaya tinggi. Alam tidak sepenuh melakukan presipitasi akibat ekosistem hutan yang semakin terganggu.

Kota New York merupakan contoh baik pengambilan air dari alam secara cuma-cuma. Penduduk New York meminum air yang sudah disaring oleh hutan. Untuk menyediakan air minum ke kota yang berpenduduk 10 juta orang ini, pemerintah setempat memutuskan pilihan yang ambisius. Pada tahun 90-an, mereka menolak rencana pembangunan instalasi pengolahan air yang sangat mahal. Mereka memilih menginvestasikan miliaran dolar lebih untuk melindungi hutan dan danau di utara New York, di mana sumber air minum terbesar bisa ditemukan. Di sini tidak ada pencemaran bahan kimia apapun. Untuk menyaring air, alam sendiri yang melakukannya.

Sebagaimana kota New York, kota Medan juga disangga hutan Sibolangit, sejauh apa usaha keras dan komitmen kita dalam menyelamatkan ekosistem hutan ini. Saat inipun kita melihat telah terjadi degradasi besar di hulu sungai. Disebutkan, area hutan tinggal 7,5 persen dari 48 hektar Daerah Aliran Sungai Deli. Padahal, setidaknya diperlukan 30 persen area DAS untuk resapan air. (Kompas 6/1/11).

Dengan otonomi daerah yang terkadang kurang dipandang sebagai suatu kesatuan kerja antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota, mengakibatkan kurangnya koordinasi pengelolahan sumber daya air. Dengan ini mempercepat terjadinya krisis air di banyak wilayah. Salah satu faktor utama krisis air yakni perilaku manusia dalam mencukupi kebutuhan hidup dengan melakukan perubahan tata guna lahan agar dapat memenuhi nafkah dan tempat tinggal, yang pada akhirnya mengorbankan ekosistem hutan. Kerusakan lingkungan yang secara implisit menambah lajunya krisis air semakin dipercepat oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, baik secara alami maupum migrasi.

Harus ada komitmen Pemerintah bagi perlindungan sumber air bersih, ekosistem hutan, sungai atau air tanah. Bila menyangkut hajat hidup orang banyak hendaknya menjadi perhatian serius bagi Pemerintah dalam menetapkan kebijakannya. Ekosistem sungai harus diselamatkan dengan menyelamatkan sungai, kita juga menyelamatkan sumber air bersih sebagai kebutuhan dasar kehidupan.

(Penulis adalah Pemerhati Lingkungan, bekerja pada PDAM Medan).
(http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=82723:kembalikan-sungai-sebagai-penyangga-sumber-air-minum&catid=97:lingkungan&Itemid=127)

Cuaca Berubah, Penyakit Mewabah

Posted by chemistlink

TEMPO Interaktif, Jakarta -Akhir-akhir ini, setiap pergi ke kantor, Doni Prasetyo selalu menyiapkan dua pakaian di sepeda motornya. Satu set pakaian untuk menghadapi kondisi hujan dan satu setel lainnya untuk cadangan jika pakaian resmi kantor yang dia kenakan basah karena hujan. "Cuaca kini sudah susah ditebak," kata pegawai swasta berusia 29 tahun ini.

Pria yang tinggal di bilangan Ciledug ini awalnya sering mengecek prakiraan cuaca melalui Internet. "Tapi ramalannya sering meleset," kata dia. Imbasnya, Doni pernah ke kantor dengan tubuh basah kuyup bersama sepatu kulitnya. Ketika pulang, ia terjebak macet dan banjir. Keesokan harinya, Doni menderita flu dan demam.

Iklim memang sedang kacau. Suhu, cuaca, curah hujan, dan angin sering tidak menentu. Musim hujan dan kemarau tak bisa diprediksi durasinya. Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama, perubahan iklim itu mempengaruhi kesehatan manusia.

Tjandra mengatakan dampak kesehatan yang dapat terjadi dari proses tersebut di antaranya peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, serta penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat. Lalu, terjadi malnutrisi karena terganggunya sumber makanan dan panen.

Perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan manusia dengan dua cara, yaitu langsung dan tak langsung. Cara langsung, manusia terkena dampaknya seiring dengan perubahan pola cuaca (temperatur, curah hujan, kenaikan muka air laut, dan peningkatan frekuensi cuaca ekstrem). "Kejadian cuaca ekstrem dapat mengancam kesehatan manusia, bahkan kematian," ujarnya.

Sedangkan cara tidak langsung, perubahan iklim mempengaruhi kualitas lingkungan (air, udara, dan makanan), penipisan lapisan ozon, penurunan sumber daya air, fungsi ekosistem, dan degradasi lahan. "Yang akhirnya faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kesehatan."

Secara terpisah, guru besar kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Prof dr Umar Fahmi Achmadi, MPh, PhD, menjelaskan, perubahan iklim ini disebabkan oleh adanya pencemaran udara, air, dan tanah yang menyebabkan gas rumah kaca. Jika ada pohon, gas rumah kaca bisa diserap. Tapi kini pohon banyak yang ditebas dan lahannya untuk tempat tinggal manusia. "Gas jadi membubung ke udara," kata dia.

Permukaan bumi pun terselimuti gas rumah kaca dan memantulkan panas. "Dampaknya, iklim berubah dengan drastis," kata dia. Misalnya hujan di tengah kemarau atau kemarau berkepanjangan.

Jika terjadi banjir, pencemaran rumah tangga melebar ke mana-mana dan berdampak pada kesehatan. Jika kering, pencemaran tersebut, baik kimia maupun bakteri virus, terkonsentrasi ke dalam air yang dikonsumsi, sehingga makin banyak penyakit yang menular melalui udara, air, dan makanan.

Penyakit yang menyebar saat cuaca tak tentu di antaranya demam berdarah, kolera, dan diare. "Bahkan diare pernah tercatat menjadi pembunuh balita tertinggi di Indonesia," katanya.

Di luar penyakit, cuaca yang tak menentu bisa menimbulkan bencana alam. Jurnalis lingkungan dari Inggris, Mark Lynas, pernah menulis, jika suhu global naik 2 derajat Celsius, permukaan air laut naik 7 meter. Rob, banjir, dan badai akan melanda banyak wilayah di dunia. NUR ROCHMI/ HADRIANI P

(http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/01/20/brk,20110120-307646,id.html)

Selamatkan Air untuk Anak Cucu

Posted by chemistlink

Terus menyempitnya lahan terbuka hijau dan terus terjadi kerusakan hutan harus menjadi perhatian serius pemerintah, bila tidak menimbulkan bencana seperti banjir, longsor.

Bila persoalan ini tidak segera ditangani, ingat doktor alumni Universita Pajajaran Bandung Tahun 2005 Bidang Konservasi tanah dan air, Dr. Ir. M. Idris, MP. Ancaman daerah ini akan mengalami masalah banjir yang lebih luas dan kesulitan air akan benar-benar terjadi.

Jangan terkejut, bila suatu saat nanti penduduk Kota Medan mengalami kesulitan memperoleh air. Ini sangat memungkinkan mengingat lahan terbuka hijau di kota ini terus menyempit. Begitu juga tingkat pencemaran air sungai, khususnya pencemaran berasal dari pabrik yang membuang limbah berbahaya secara langsung ke sungai.

"Saat ini diperkirakan Kota Medan lahan terbuka hijau mengalami pengurangan yang disebabkan pertumbuhan gedung. Idealnya dibutuhkan 30 persen lahan terbuka hijau. Ada Sembila Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sumut yang masuk prioritas satu, diantaranya Sungai Deli, Sungai Ular dan Sungai Wampu," ungkap yang juga Dekan Fakultas Pertanian Al-Wasliyah Medan,

DAS yang masuk prioritas utama, ungkap Ketua Ketua Forum Daerah Aliran Sungai Ular Deli Sedang sampai Pematang Siantar, masuk kategori yang harus segera mendapat perhatian, mengingat debit air yang mengalir di sungai tersebut terus berkurang. Jika debit air terus berkurang, suatu saat nanti sungai-sungai yang masuk prioritas satu mengalami kekeringan. Bila kondisi tersebut sudah terjadi, maka sudah dipastikan banyak daerah di Sumut mengalami kesulitan air.

Dia mengakui, selama ini pemerintah kurang menaruh perhatian serius untuk menangani persoalan ini, begitu juga dengan masyarakat. Lihat saja kondisi sepanjang bantaran sungai di kota ini banyak berdiri bangunan. Sayangnya bangunan yang ada di bantaran sungai tidak saja rumah penduduk atau bangunan perusahaan swasta, tapi juga bangunan instansi pemerintah. Ini menggambarkan betapa kurangnya keseriusan pemerintah dan elemen masyarakat dalam menyikapi persoalan ini. Selain itu banyak kesalahan yang dilakukan pemerintah dan elemen masyarakat dalam menyelamatkan persediaan air selain mendirikan bangunan di bantaran sungai, diantaranya dengan menyemen pinggir sungai.

Secara kasat mata melakukan penyemenan pinggir sungai terlihat indah, tapi tindakan tersebut justru penyerapan air ke tanah semakin sekidit. Begitu juga dengan program pemerintah dengan menyemen setiap gang yang menyebabkan daerah resapan air semakin sempit. Tanah yang seharusnya berfungsi menyerap air, dengan program pemerintah yang menyemen setiap gang tanah tidak mampu lagi berfungsi sebagai daerah serapan air.

Menurut Idris, untuk tetap menjamin ketersediaan air, langkah yang harus dilakukan dengan terus menambah lahan terbuka hijau. Dengan semakin banyak lahan terbuka hijau, maka akan semakin banyak air yang bisa diserap tanah. Tumbuh-tumbuhan berfungsi menyimpan air di dalam tanah, sehingga air tetap tersedia.

Begitu juga keberadaan pohon bambu di sepanjang bantaran sungai sangat diperlukan untuk mengikat tanah dan sekaligus sebagai penyaring air agar tetap bersih. Namun kenyataan sekarang ini boleh dikatakan hampir disepanjang bantaran sungai sulit ditemukan pohon bambu. Harusnya pemerintah dan masyarakat kembali melakukan gerakan untuk penyelamatan air.

"Pemerintah harus lebih pro aktif dalam menyadarkan masyarakat untuk memanfaatkan lahan untuk menanam pohon, sehingga muncul kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan lahan kosong dengan menanam pohon," ujarnya.

Air Bersih

Kota Medan yang berpenduduk dua juta lebih dengan kondisi pencemaran air sungai yang tidak terkontrol dapat menyebabkan air di bawah tanah terkontaminasi. Sekarang diperkirakan ada 60 persen penduduk di kota ini tidak mendapat akses air bersih dan kebanyakan dari masyarakat berpenghasilan rendah. Meski ini masih berupa persentasi perkiraan, paling tidak pemerintah harus memberikan perhatian serius pada persoalan air bersih. Sulitnya penduduk memperoleh air bersih dapat menimbulkan persoalan baru salah satunya buruknya kesehatan masyarakat.

Lihat saja penduduk yang bermukim di daerah pinggir sungai yang pada umumnya memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Padahal harus diakui, kondisi air yang dipergunakan masyarakat yang bermukim di pinggir sungai tidak layak untuk dipergunakan, terlebih-lebih air sungai untuk kebutuhan air minum.

Masyarakat berpenghasilan rendah sebenarnya adalah penduduk yang banyak mengalami kesulitan untuk memperoleh air bersih. Selama ini belum ada komitmen yang kuat dari pemerintah untuk menyediakan air bersih untuk masyarakat, padahal air, khususnya air bersih merupakan kebutuhan primer yang mutlak dimiliki semua masyarakat.

Buruknya sanitasi dan sulitnya memperoleh air bersih dapat menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Ia mencontohkan masyarakat yang tinggal di dekat sungai, pada umumnya masih banyak mengalami kesulitan untuk memperoleh air bersih, begitu juga dengan sanitasi masih sangat buruk. Pola hidup sehat masih jauh dari yang diharapkan, ini dapat dilihat dari masih sedikitnya tempat buang air besar yang tersedia, sehingga masyarakat lebih banyak buang air besar ke sungai. Sementara masyarakat yang tinggal di sekitar sungai dipergunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.

Pemerintah harus serius dalam menyelamatkan air, kalau tidak ingin penduduk Kota Medan mengalami kesulitan untuk memperoleh air bersih. Air Sungai salah satu sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerintah harus secara tegas membuat aturan agar air sungai dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan tidak melakukan kegiatan pencemaran air. Selama ini peraturan yang sudah disusun belum dilaksanakan secara tegas, sehingga prilaku pencemaran air masih tetap terjadi mulai hal kecil seperti membuang sampah ke sungai sampai hal yang serius seperti membuat limbah industri.

Selain itu, bila Kota Medan sudah mengalami kesulitan memperoleh air bersih, berbagai penyakit di tengah-tengah masyarakat akan sangat mudah bermunculan, seperti diare, disentri, cacingan dan masih banyak penyakit yang disebabkan air yang tidak bersih.

Kondisi air sungai yang dijadikan pembuangan limbah berbahaya dari industri, jangka panjang sangat memungkinkan dapat mencemarkan air bawah tanah yang menjadi sumber kebutuhan masyarakat. Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran air. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Karakteristik limbah B3 korosif yang dapat menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak, bersifat toksik atau beracun dan menyebabkan infeksi atau penyakit. Limbah industri yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Misalnya limbah yang dihasilkan industri pelapisan logam, yang mengandung tembaga dan nikel serta cairan asam sianida, asam borat, asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat. Limbah bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker.

Logam yang paling berbahaya dari limbah industri adalah merkuri atau yang dikenal juga sebagai air raksa (Hg) atau air perak. Limbah yang mengandung merkurei selain berasal dari industri logam juga berasal dari industri kosmetik, batu baterai, plastik dan sebagainya. Bila merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease atau acrodynia, alergi kulit dan kawasaki disease atau mucocutaneous lymph node syndrome.

Tingginya tingkat pencemaran air sungai dari limbah industri dapat menyebabkan pencemaran air bawah tanah apabila pohon berfungsi sebagai pengikat tanah dan penyaring air terus berkurang. Ancaman besar yang terjadi harus diantasipasi pemerintah sejak dini.

(http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=81949:selamatkan-air-untuk-anak-cucu&catid=121:artikel&Itemid=159)

Makassar potensi Puting Beliung

Posted by chemistlink

MAKASSAR – Badan Meteorologi,Klimatologi, dan Geofisika BMKG Wilayah IV Makassar meminta warga Kota Makassar untuk mewaspadai cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan puting beliung.

Berdasarkan pemantauan di Stasiun Meteorologi Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dan Stasiun Meteorologi Paotere, curah hujan rata-rata diatas normal dan berkisar pada angka 92 mm. Sementara, kecepatan angin yang terpantau mencapai 8 knot atau 16 kilometer perjam. Prakirawan BMKG Didi Nurbaskoro, mengatakan, hujan yang disertai angin kencang harus diwaspadai terutama penduduk yang bermukim di pesisir pantai. Cuaca yang tidak bersahabat ini diprediksi akan berlangsung hingga Maret 2011.

"Curah hujan yang terjadi saat ini akan berlangsung beberapa hari kedepan.Ini kanmusim hujan dan puncaknya Februari.Kondisi cuaca ini akan terjadi dibeberapa daerah bagian barat Sulawesi Selatan,termasuk Makassar," urai Didi kepada SINDO,kemarin. Angin kencang yang akan melanda Makassar diperkirakan berada disekitar perairan seperti di Kecamatan Ujung Tanah, Mariso, Kecamatan Tamalate.

"Tapi pada dasarnya peluang angin kencang saat ini merata,dan berpotensi terjadi.Tergantung keberadaan angin sibi.Dan kondisi tidak diketahui kapan terjadi dan hanya diketahui peluang terjadi hujan. Biasanya awan sibi menciptakan angin kencang atau angin puting beliung,”terang dia. Didi menjelaskan, terjadinya angin puting beliung,karena di dalam angin sibi terjadi pergolakan yang menghasilkan angin kencang. Kejadian ini,sebut dia,bisa terjadi saat pagi hari, saat tidak terjadi hujan.

Sementara itu,hujan deras dan angin kencang yang terjadi di Makassar belakangan, membuat beberapa wilayah tergenang dan mengakibatkan pohon tumbang. Seperti yang terjadi kemarin,di Jalan Pelita Kelurahan Ballaparang,dan Kelurahan Bulurokeng, yang menimpa satu rumah warga. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Muh Kasim,mengatakan, mengingat rawannya terjadi pohon tumbang, dia mengimbau kepada semua warga, khususnya para pengendara di jalan,agar waspada saat melintas di bawah pohon.

Kasim menyebutkan, pihaknya telah melakukan langkah antisipasi dengan menyiagakan tim yang bekerjasama dengan posko penanggulangan bencana serta pemerintah kelurahan di setiap wilayah. "Terdapat 30 personil yang disediakan untuk mengatasi problem musim hujan ini.Selain itu di backup dengan 2 kendaraan pengangkut serta 4 unit alat pemangkas pohon. Kami juga harapkan warga waspada saat bernaung di bawah pohon," imbau Kasim,secara terpisah.

Imbauan sama, juga disampaikan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin. Saat ditemui di kantor balai kota,Ketua Harian Palang Merah Indonesia (PMI) Sulsel ini, meminta kepada seluruh aparat kelurahan, agar terlibat aktif menyosialisasikan kondisi cuaca di masyarakat. “Kita harus waspada dengan cuaca belakangan ini. Dan kita sudah sampaikan ke aparat kelurahan, untuk turun langsung memberikan peringatan dini kepada warga, khususnya yang daerahnya rawan,” pesan Ilham.

Larangan melaut yang dikeluarkan BMKG Wilayah IV tidak diindahkan sejumlah pemilik angkutan kapal penumpang dari dan ke sejumlah pulau di sekitar Makassar. Aktifitas penyeberangan ke pulau-pulau terluar tetap berjalan normal,walau jumlah penumpang terus menurun. Seperti dari pantauan SINDO di Dermaga Penyeberangan Kayu Bangkoa Makassar.Larangan untuk melaut tidak diindahkan karena ada beberapa penduduk pulau sehari- harinya bekerja di Makassar.

"Yang kami lakukan hanya mengurangi jumlah muatan," jelas Anton pemilik kapal penyeberangan. Jika hari biasa untuk satu kapal kecil mampu memuat 10 penumpang, kali ini dikurangi dengan hanya memuat lima orang.Masalah ongkos diakui Anton tidak naik,karena hanya cuaca saja yang buruk, biaya operasional kapal seperti bahan bakar masih sama. "Kalau ke Laelae Rp10.000, Kayangan Rp20.000," terangnya. Perkiraan cuaca akan tetap terjadi sepanjang Januari hingga Februari, karena telah memasuki musim barat. (SI-arif saleh/rahmat hardiansya)
(http://www.makassarterkini.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1752:makassar-potensi-puting-beliung&catid=44:info-terkini&Itemid=139)

Angin puting beliung rusak 307 rumah di Makassar

Posted by chemistlink

Makassar - Sebanyak 307 rumah di Makassar rusak akibat diterjang angin puting beliung yang disertai hujan deras. Kerusakan terbanyak ada di Kecamatan Tallo dan Biringkanaya.

Puting beliung terjadi Senin (17/1/2011). 160 Rumah rusak di Tallo dan 96 rumah rusak di Biringkanaya, sisanya di sejumlah tempat lain. Kerusakan rumah dominan di bagian atap, karena banyak rumah warga beratapkan seng.

Selain peristiwa angin puting beliung, 9 rumah warga juga rusak akibat ditimpa pohon tumbang yang terkena angin. Kerusakan terparah di Jalan Sunu, Makassar. Sebuah pohon Asam Jawa menimpa 4 rumah warga saat angin kencang terjadi pada pukul 18.30 Wita, Minggu malam kemarin (16/1/2011). Irsan, pemilik rumah yang ditemui detikcom menuturkan pohon tumbang seusai maghrib dan mengagetkan warga Jalan Sunu.

Koordinator Penanggulangan Bencana Makassar, Hakim Syahrani saat dihubungi detikcom menyebutkan pihaknya menetapkan status 'Siaga Satu' untuk bencana akibat cuaca buruk. Saat ini timnya telah membangun posko-posko di sekitar lokasi bencana dan memberi bantuan pada korban yang terkena musibah.

"Kami sudah memberi bantuan berupa seng dan kayu bagi pemilik rumah yang tertimpa musibah, PMI juga sudah siaga di titik lokasi bencana," pungkas Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Makassar ini.

Hakim menambahkan, posko induk penanggulangan bencana dipusatkan di kantor Dinas Pemadam Kebakaran Makassar di Jalan DR Ratulangi, Makassar. Langkah antisipasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar, lanjut Hakim, dengan memangkas pohon-pohon besar di tepi jalan yang rawan tumbang.
(http://www.detiknews.com/read/2011/01/17/154028/1548459/10/angin-puting-beliung-rusak-307-rumah-di-makassar?9911032)

Angin Ribut Serang Yogyakarta

Posted by chemistlink

(PRLM).-Angin ribut menyerang Yogyakarta dan sekitarnya Sabtu (25/9) sekitar 25 menit, dari pukul 14.25 - 14.50 WIB. Dikabarkan seorang warga Sleman meninggal.

Dari pantauan lapangan dan keterangan warga, angin ribut menumbangkan aneka pohon, menerbangkan atap-atap rumah, dan mengakibatkan listrik padam.

Arus lalin kacau, kemacetan terjadi di sejumlah ruas jalan akibat listrik padam serta pengalihan arus lalin di jalan-jalan yang tertimbun pohon. Kekacauan lalin ini antara lain terjadi di Jln. Magelang dan sekitarnya.

Eka, warga Klaten mengatakan angin ribut juga terjadi di daerahnya . "Kata saudara, angin puting beliung terjadi di Prambanan," ujar dia melalui pesan pendek.

Misbah, saksi di Gunungkidul mengatakan tidak ada angin ribut di daerah tersebut. "Tidak ada angin pak. Saya di pantai Gunungkidul juga aman," ujar dia.

Sedang saksi mengatakan daerah utara Yogyakarta banyak pohon, baliho, papan reklame, dan atap rumah dari seng beterbangan. Saksi mengatakan seorang ...
Source
Quotes in this article:
Warga Klaten:
Eka, warga Klaten mengatakan angin ribut juga terjadi di daerahnya . "Kata saudara, angin puting beliung terjadi di Prambanan," ujar dia melalui pesan pendek.
Saksi di Gunungkidul:
Misbah, saksi di Gunungkidul mengatakan tidak ada angin ribut di daerah tersebut. "Tidak ada angin pak. Saya di pantai Gunungkidul juga aman," ujar dia.
Sedang:
Sedang saksi mengatakan daerah utara Yogyakarta banyak pohon, baliho, papan reklame, dan atap rumah dari seng beterbangan. Saksi mengatakan seorang meninggal di Kronggahan Sleman, diduga tertimpa benda keras yang ditumbangkan angin. Belum ada keterangan resmi dari aparat terkait soal korban jiwa dimaksud.
Janarto:
"Saya mengalami satu kali ini ada angin kencang yang merata dan serempak di terjadi Yogyakarta," kata Janarto (50), penduduk Wirobrajan. Saat berita ini diturunkan, angin ribut telah reda, situasi normal, hanya listrik masih padam. (A-84/kur)***
(http://gresnews.com/ch/National/cl/Yogyakarta/id/1538215)